Aku mempunyai pasangan hidup
Saat senang, aku cari paanganku
Saat sedih, aku cari ibuku
Saat sukses, aku ceritakan pada pasanganku
Saat gagal, aku ceritakan pada ibu
Saat bahagia, aku peluk erat pasanganku
Saat sedih aku peluk erat ibuku
Saat liburan aku bawa pasanganku
Saat aku sibuk, aku bawa anakku ke rumah ibu
Saat menyambut ulang tahun, kuberi hadiah pada pasanganku
Saat menyambut ulang tahun ibu, aku hanya mengucapkan
Selamat ulang tahun ibu ...
Selalu aku yang ingat pasanganku
Selalu ibu yang ingat aku
Setiap saat aku akan telpon pasanganku
Kalau ingat saja, aku akan telpon ibu
Selalu kubelikan hadiah untuk pasanganku
Entah kapan aku akan belikan hadiah untuk ibu
Saat ada kesempatan baik, kami makan di rumah makan favourite
Saat ada makanan sisa
aku ingat ibu
Saat berdebat aku tak
pernah mengakui ibu, tapi pasanganku-lah yang paling benar
Walau selama hidupku, ibuku-lah yang telah membentukku
menjadi seperti sekarang ini
Renungkan :
Kalau kau sudah selesai belajar menuntut ilmu dan sudah mendapat pekerjaan yang kau cita2kan, bolehkah kirim uang untuk ibu ?
Apa jawab ibu ???
Ibu tidak minta uang .......
Ibu sudah bahagia melihat anaknya berhasil ....
Ibu sudah bahagia melihat anaknya berhasil ....
Sungguh mulia seorang ibu ....
Saat ibu sudah tidak berdaya di usia tua-nya . . . .
Berapa banyak kau sanggup
mengunjungi ibu ?
Berapa banyak kau sanggup berlama2
di kamar ibu ?
Berapa banyak kau sanggup mengelap
muntahan ibu ?
Berapa banyak kau sanggup mengganti
lampin – popok ibu ?
Berapa banyak kau sanggup memandikan
ibu ?
Berapa banyak kau sanggup membersihkan
ingus ibu ?
Berapa banyak kau sanggup
menyuapi ibu ?
Berapa banyak kau sanggup mengobrol
di ranjang ibu ?
Jika ibu sudah tiada :
Berapa banyak kau sanggup
mengunjungi makam ibu ?